Rabu, 21 September 2011

Cerpen buat Masjur

Mohon commentnya yaaaa :DD
Maklum ngerjainnya sambil ngantuk-ngantuk jadi gak tau nyambung apa gak hehe

Mohon bantuannyaa



Riana: Teman, Sahabat, dan Kekasih Baikku

            Aku terbangun di pagi hari yang sangaaaaaaaaaaaaaaaat kutunggu-tunggu. Begitu bangun, langsung saja aku pergi ke bawah mencari koran terbaru hari tersebut. Aku cari pengumuman SNMPTN yang katanya diumumkan lewat salah satu koran yang terkenal di Indonesa. Setelah kutemukan halamannya, langsung saja kucari namaku. Entah aku emang lagi bolor karena baru bangun tidur atau emang ternyata kenyataan bahwa apa yang aku harapkan selama sebulan ternyata gagal sia-sia. Huaaaaahh BETE!!! Aku gak keterima di PTN yang aku pengen. Padahal aku mau masuk kedokteran banget. Huhuhu jadi gak ada semangat hidup.
            Namaku Riana Laksmitasari, biasa dipanggil Mita atau Riana. Aku lulusan salah satu SMA boarding yang ada di Jawa Barat, tepatnya di Cirebon. Sejak kecil aku sudah biasa merantau sendirian. Dulu aku pernah ikut lomba paduan suara ke Korea dan Jerman, dan itu aku berangkat hanya seorang diri, tidak dengan orang tua. Kalo ditanya kenapa berangkat sendirian pasti kujawab, “Gak kenapa-napa kok, biar belajar mandiri hehe.” Aku sudah terbiasa menjadi orang sibuk dari kecil. Malahan kalo aku gak sibuk, aku malah bingung mau ngapain.
            Segera aku berlari ke atas dan bilang sama ibuku. “Ma, SNMPTN aku gak lulus, sebeeeeelll! Huh!”
“Ya udah, mama sih gak papa kalo kamu gak lulus. Berarti kamu emang gak boleh ke kedokteran. Lagipula kamu kan juga udah keterima di Telkom, ambil aja. Telkom juga bagus kok. Teknik Industri lagi. Itu kan lagi banyak dibutuhin sekarang-sekarang ini.”
“Tapi ma, aku kan gak tau Teknik Industri tuh ngapain aja belajarnya. Kan aku gak minat-minat banget sama jurusan-jurusan lain.”
“Ya udah dari pada kamu gak kuliah setahun hayooo? Masih mending nyoba dulu kan kamunya, daripada harus les lagi atau nganggur? Iya kan?”
“Bener itu kata mama kamu, udah turutin aja. Bapak juga lebih mending ke Telkom daripada kedokteran.  Soalnya sekarang kan dokter udah banyak banget.”
“Hmmm, gitu yaa? Iya udah deh, aku nurut aja apa kata mama sama bapak.”
“Yaudah mendingan kamu sekarang beresin barang-barang yang mau dibawa ke Bandung,” kata mama.
“Iya ma,” kataku sambil berjalan ke kamar.

*********************************
            Tiba harinya di saat aku harus berangkat ke Bandung. Rasanya berat sekali meninggalkan rumah. Tapi demi suatu tekad yang kuat untuk membahagiakan kedua orang tuaku, aku rela kuliah jauh-jauh ke Bandung, walaupun jarak antara Jakarta dan Bandung tidak begitu jauh.
            Hari pertama pra-ospek yang diadakan oleh kampus, hanya diberitahu apa saja keperluan yang perlu dibawa, dan juga peraturan yang berlaku. Begitu acara hari itu selesai, aku langsung berkumpul bersama teman-teman sekelompokku untuk membicarakan tugas untuk keesokan harinya.
            Dan hari pertama Ospek pun dimulai. Pada hari itu, acara berlangsung dengan lancar sampai selesai. Selama ospek, maba dan miba harus datang setiap pukul enam pagi tepat dan tidak boleh telat. Jika telat, akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tanpa terasa empat hari berlalu, ospek akhirnya selesai juga. Aktivitas di kampus pun mulai berjalan.
            Kujalani hari-hariku dengan penuh semangat walaupun sebenarnya di dalam hati masih merasakan kegalauan karena tidak berhasil masuk FK, sampai pada suatu hari teman SMAku meneleponku dan minta untuk ditemani beli perlengkapan ospek, sekaligus nonton dan hang out bareng. Langsung saja kuterima tawaran tersebut dan kami pun menentukan akan bertemu dimana.

**********************************
At Gramedia BSM, handphoneku tiba-tiba mengeluarkan lagu Red Jumpsuitnya. “Iya ki, lo udah nyampe? Oh yaudah lo langsung ke gramed aja, gue nunggu disini. (Terdiam sejenak). Okeee,” sambil menutup buku dan mengembalikan ke rak asal buku itu diletakkan. Selang beberapa menit, akhirnya temanku yang bernama Rifki datang. Aku pun langsung membantu Rifki mencari buku yang diperlukan untuk ospeknya dan setelah itu kami pun pergi nonton, makan serta jalan-jalan. Dan setelah puas berjalan-jalan dan bercengkarama kami pun berpisah.
            Karena aku tidak tau daerah Bandung karena aku masih pendatang, di tengah perjalanan pulang aku pun nyasar dan tidak tau berada dimana.

To: G5 Bellaa
05-08-2011, 18:30
Bel, gue nyasar nih, gak tau dimana. Udah SMS sodara lo si Johan tapi gak dibales. Gue pulang gimana nih, naik taksi aja kali ya…
           
Kutekan tombol sent, dan kemudian aku berjalan ke tukang martabak. Tiba-tiba handphoneku bergetar kembali.

            From: G5 Bellaa
          05-08-2011. 18:35
Waduh na, kok bisa? Si Rifki te kamana? Jangaan!! Ntar lo diculik kalo naek taksi sendiri malem-malem apa lagi di Bandung. Yaudah gue suruh si Reza jemput lo aja yaa.

            Lalu kupilih menu reply.

            To: G5 Bellaa
            05-08-2011, 18:38
Waaah bel, tapi kan ane belum kenal sama si Reza tea, kalo gue ujung-ujungnya diculik, lah piye toh ???      

From: G5 Bellaa
05-08-2011, 18:45
Yaahh, udah terlanjur gue BBM anaknya, udah gapapa na. Tenang ajaa, Reza anaknya baik kok na, 100% deh. Nomer lo juga udah terlanjur gue kasih ke Reza, jadi ntar kalo dia sms balesin aja ya. Gue udah bilang lo nunggu di tukang jualan martabak. So, lo tinggal nunggu jemputan aja yaaa. Ati-ati lo, muka lo jangan kaya orang bingung, biar lo aman. Lo biasa ajaa okee <3 ;)?

To: G5 Bellaa
05-08-2011, 18:48
Beeuuhh, kebiasaan tuh maen kirim2 aja. Yaudah atuh kalo udah di SMS anaknya. Gue nunggu disini deh. Bilangin gitu suruh cepetan. Jangan lupa bawa helm dua

From: G5 Bellaa
05-08-2011, 18:50
Iyaa bawel tuh haha. Take care deh yaaa J sabar atuh. Makanya kalo gak tau jalan jangan sok2an naek ajaa hihihi :P

To: G5 Bellaa
05-08-2011, 19.00
Hahaha, lah gue kan juga harus buru2 balik bil ntar asramanya dikunci, mo tidur dimana gue ntar hahaha. Lama sih bel, gue takut pisan ini.

            Sambil menunggu balasan SMS dari Bellaa, aku menikmati martabak yang sudah sejak kupesan tadi berada di hadapanku. Tidak lama kemudian, ada telepon bordering dan langsung kuangkat. “Halo, martabak sensasi te disebelah mananya ya?” kata orang yang berbicara di dalam telepon. Aku langsung menjawab, “Kamu lurus aja dari arah BSM, ntar ada da di sebelah kiri.” Setelah sekian lama, tiba-tiba ada yang menepuk pundakku dan berkata, “Kamu yang namanya Riana?” Aku terkaget dan langsung menengok  ke belakang. Di belakangku terdapat sosok lelaki yang tegap, berkacamata dengan wajahnya yang imut-imut. “Iya bener, kamu Reza ya?" kataku sambil mengunyah martabak. “Iya bener, maaf ya lama :D” kata Reza sambil mengulurkan tangan untuk berkenalan. “Maaf tanganku kotor, ntar aja yaa, iya gapapa kok. Langsung balik aja yaa, aku udah telat banget ini takut asramanya dikunci,” kataku sambil beranjak dari kursi menuju ke kasir. “Okay, aku tunggu di depan yaa.”

**************************************
            Pertemuan singkat itupun membuatku menjadi tak henti memikirkannya. Reza sungguh baik, dia mau menemani aku jika aku sedang stress, ataupun jika ingin kemana dia sanggup mengantarkanku ke tempat tujuan. Tapi akhir-akhir ini entah mengapa dia sungguh cuek, sudah jarang memberi kabar, dan lain-lain. Penyakit galau pun sering menyerangku dan menyebabkan aku tidak fokus dalam setiap mata kuliah di kampus. Aku pun jadi suka tertawa sendiri akibat stress. Belum lagi rasa sakit yang setiap saat timbul dari dalam tubuhku. Aku sebenarnya sudah tak kuasa menahan rasa sakit ini. Rasanya aku ingin pergi ke suatu tempat yang jauh sekali dari peradaban. Aku ingin hidup tenang tak ada masalah. Tetapi rasanya tidak mungkin, karena apapun yang ada di dunia ini adalah masalah, tergantung bagaimana kita menghadapi masalah tersebut.
            Tetapi hari itu, sejak 5 bulan yang lalu setelah pertemuan itu, tiba-tiba saja Reza menelepon dan mengajak bertemu. Kusanggupi saja permintaannya asalkan dia mau menjemputku karena aku masih buta dengan kota Bandung, tidak tau arah dan takut nyasar. Reza mengajakku ke Kawah Putih. Dan sesampainya disana aku pun takjub, karena semua teman-teman Reza dan aku pun sudah berkumpul disana. Perasaanku mulai was-was dan apa yang kukhawatirkan selama ini terjadi. Reza menyatakan perasaannya kepadaku dihadapan semua orang yang ada disana dan aku harus menjawabnya. OMG! Aku tidak tau harus bicara apa. Yang terjadi padaku hanya diam. Semua orang menatapku. Dan ketika aku akan mengeluarkan suatu kalimat, entah mengapa tiba-tiba tubuhku limbung dan semuanya terasa gelap.

***********************************
            Aku terbangun di suatu tempat yang indah sekali. Disana banyak pepohonan rindang, rumput-rumput yang hijau membentang, bunga-bunga yang cantik merekah dengan pesona yang tidak kalah dahsyat. Dan di ujung sana terdapat pintu, aku pun menulusuri jalan untuk mencapai pintu itu. Tapi, di tengah jalan, seorang pria menghampiriku dan bertanya, “Atas dasar apa kamu mau melewati pintu di ujung jalan sana?” “Aku ingin pergi kesana dan tinggal disana,” kataku kepada pria tersebut. Tiba-tiba pria tersebut membalas, “Jika kau ingin pergi kesana, kau harus melakukan tugas terakhir terlebih dahulu.” “Apakah tugas terakhir itu?” tanyaku kepada pria tersebut. “Dirimu harus membuat semua orang yang ada disekitarmu baik yang kau kenal ataupun tidak bahagia, dan kamu harus bisa.” “Baiklah, saya siap dengan permintaan anda.”

***********************************
            Bau rumah sakit yang menusuk hidungku membangunkanku dari tidur yang lumayan lama. Samar-samar aku dengar, “Bagaimana Riana?”. “Masih belum sadar Bellaa,” kata Reza. Tetapi ketika aku mulai memberikan tanda-tanda bahwa aku telah sadar dari koma, semua teman-temanku langsung menghampiri dan menanyakan apa yang kurasakan saat ini, dan aku mengatakan aku baik-baik saja. Semua begitu mengkhawatirkanku, aku jadi merasa terharu. Tetapi disisi hatiku yang lain, aku merasa telah merepotkan banyak orang. Tiba-tiba aku langsung ingat apa yang aku datangi di mimpiku tadi. Batinku berkata apakah maksud mimpiku tadi. Akhirnya kuputuskan untuk melaksanakan tugas mimpi misterius tersebut.
            Setelah hampir satu bulan aku dirawat di rumah sakit, akhirnya aktivitasku kembali seperti biasa, hanya saja aku jadi tidak leluasa jika ingin mengikuti berbagi kegiatan di kampus. Teman-temanku dan Reza pun juga menjadi sering lebih perhatian ke aku. Taukah apa yang aku rasakan? Aku merasa terlalu merepotkan banyak tangan. Tetapi teman-temanku tidak ada yang merasa direpotkan. But, who knows? Orang bisa berkata begitu di depan kita, tapi di belakang kita bisa jadi sebaliknya. Akhirnya untuk melaksanakan tugas terakhir dari mimpiku adalah membuat acara syukuran yang semuanya bisa hadir dan tak ada yang berhalangan.

***********************************
            Reza mendatangiku di asrama dan menanyakan kembali jawaban yang ditanyakan beberapa bulan yag lalu olehnya di Kawah Putih. Tetapi aku gak mau kalo ada orang yang menyukaiku hanya karena faktor kasihan, karena dengan begitu akan membuat sakit ini bertambah parah, karena hidup ini pasti dilandasi oleh stress. Tapi aku bisa melihat ketulusan di matanya, dan akhirnya aku terima permintaan Reza. Hatiku rasanya senang sekali akhirnya dia telah menjadi milikku. Aku berjanji akan menyayangi dia setulus hati dan selalu berbuat baik kepada siapapun, walaupun aku sedang pergi berdua bersama Reza.
            Suatu saat aku tanya kepada Reza, “Kamu bener-bener sayang sama aku walaupun aku sakit parah?” Kemudian dia menjawab, “Ya iya dong, kenapa kamu ngomongnya begitu? Emang kamu sakit?” “Ah, enggak kok za, aku teh cuma nanya,” kataku. “Nanti kalo aku pergi, jaga diri kamu baik-baik yaa J,” kataku melanjutkan. “Ih, apaan sih kamu ngomongnya ngaco aja tuh, emang kamu mau pergi kemana sih?” tanya Reza padaku. “Ada lah …… kalian cari sendiri ya ntar hehehe J)” kata aku sambil belajar.

**************************************
            Sudah 3 minggu setelah pembicaraan terakhir dengan Reza, Riana pun menghilang entah kemana. Reza pun panik mencari-mencari kemanakah gerangan kekasih hatinya berada. Setelah mencari-cari info di asramanya bahwa Riana sudah keluar dari asrama, Reza tambah bingung harus mencari ke siapa dan kemana lagi. Tetapi suatu hari, sebuah surat sampai di pelataran rumah Reza. Riana bilang,

Dear Reza,
Maaf kalo aku tiba-tiba menghilang ya. Mungkin kalo kamu baca ini, aku sudah pergi jauh. Aku ingin meminta maaf bahwa udah mengganggu dan mengisi hati Reza, yang udah ngerepotin Reza. Juga terima kasih yang udah ngebuat aku jatuh cinta lagi, terima kasih juga yang udah selalu baik sama aku. Aku pasti selalu mengingat kebaikan orang-orang yang telah berbuat ke kita baik, dan sebaliknya.
                                                                                      Regards, Riana

                Reza pun shock dan langsung mengkontak beberapa nomer telepon rumah sakit yang ada di Jakarta dan Bekasi. Dan ternyata Riana berada di Bekasi. Dengan sukarela, Reza nekat bawa mobil dari Bandung hanya karena ingin melihat bagaimana kondisi Riana. Reza begitu khawatir dengan keadaan Riana. Dan begitu ia sampai di RS di Bekasi, ia langsung mencari dimana Riana berada. Betapa hancurnya hatinya ketika ia tau bahwa Riana sudah wafat pagi tadi sebelum Reza datang. Reza langsung memberitahu semua sahabat-sahabat dan teman-teman yang berada di luar maupun dalam kota untuk melayat, karawitan. Kami selaku teman-teman Riana, kenapa harus dia? Riana adalah anak baik, suka membantu dan tidak sombong. Jika ada temannya yang kesulitan ataupun orang yang tidak dikenal sekalipun itu pengemis jualan pergi. Kami pun keesokan harinya mengantarkan jasadnya ke peristirahatan terakhir Riana, dan berdoa semoga segala kesalahan2 yang pernah dibuat bisa diampuni oleh Tuhan YME. Selamat jalan Rianaa… Semoga kau tenang di alam sana, Amin


-THE END-
Karya: Nurul Hidayati


2 komentar: